Selasa, 27 Oktober 2009

SEJARAH PERKEMBANGAN KREATIVITAS


“Kreativitas bukanlah menemukan sesuatu, tetapi membuat sesuatu yang lain setelah ditemukan”

- James Russell Lowell -

Adanya perhatian pada kreativitas mulai muncul pada tahun 1950an. Pada tahun 1967 terbitlah jurnal yang membicarakan mengenai kreativitas yaitu The Journal of Creative Behavior dan pada permulaan tahun 1988 terbit pula The Creativity Research Journal.

Sejarah studi kreativitas paling tidak telah menghadapi enam hal yaitu :

1. Studi kreativitas berasal dari ilmu kebatinan dan kerohanian yang tidak menyentuh sama sekali hal-hal ilmiah.
2. Adanya kesan menghubungkan kreativitas dengan pendekatan perdagangan yang pada akhirnya mengurangi pendalaman teori psikologi dan riset psikologi.
3. Teori dan metodologi yang digunakan untuk kreativitas, awalnya terpisah dari teori dan psikologi secara empirik. Terkadang hasil dari hasil dari studi kreativitas tersebut dapat dijadikan pelengkap terhadap bidang kajian psikologi secara keseluruhan.
4. Munculnya permasalahan definisi dan ukuran-ukuran kreativitas dalam suatu peristiwa. Yang kurang diperhatikan sebelumnya.
5. Adanya pandangan bahwa kreativitas merupakan hasil dari proses dan struktur yang luar biasa sehingga tidak memerlukan studi kreativitas yang terpisah.
6. Perubahan dari pendekatan ketidakdisiplinan ke kreativitas memiliki kecenderungan untuk memandang bagian kreativitas sebagai keseluruhan peristiwa. Yang terkadang sering membuat kita memandang kreativitas sebagai visi yang sempit sehingga persepsi mengenai kreativitas tidak pernah sungguh – sungguh.

DEFINISI KREATIVITAS

Kreativitas muncul dalam bentuk yang sederhana dalam keseharian kita. Misalnya ketika berada dalam kemacetan, bagaimana usaha untuk keluar dari kemacetan tersebut? Atau saat sepatu hitam yang kita gunakan mengelupas menjadi berwarna kecoklatan padahal harus digunakan untuk acara penting? Seseorang harus menggunakan kreativitasnya untuk membantu memecahkan persoalan walaupun dalam bentuk yang sederhana.

Ada banyak pendapat ahli mengenai kreativitas. Kreativitas merupakan sesuatu yang populer untuk dibicarakan, baik itu dari sudut pandang psikologi maupun bukan. Kreativitas adalah kemampuan menghasilkan suatu pekerjaan atau hasil karya yang baru dan bermanfaat. Selain itu, kreativitas juga menjadi topik yang penting untuk membedakan individu dalam level sosialnya dalam penyelesaian suatu tugas. Namun demikian, semua ahli yang mendalami kreativitas sependapat bahwa novelty merupakan komponen utama dalam kreativitas (Matlin, 1998). Novelty ini merupakan keaslian dan ide yang benar-benar baru serta merupakan penggabungan dari dua hal ataupun dua pemikiran atau lebih. Selain itu, kreativitas tidak hanya dilihat dalam bentuk produk, namun dapat berupa proses. Jika berkaitan dengan produk, maka kreativitas haruslah menghasilkan manfaat atau kegunaan. Sedangkan kreativitas yang berupa proses, maka kreativitas dapat dilihat melalui penggunaannya sebagai alat untuk memecahkan masalah (Weisberg, 1986).

Guilford pada tahun 1950 (Suharnan, 2005) menjelaskan bahwa awalnya para psikolog kurang memperhatikan apa yang disebut sebagai kreativitas. Hal tersebut terlihat pada kurang dari 0.2% saja yang menuliskan permasalahan tentang kreativitas.

Kreativitas dapat didefinisikan sebagai aktivitas kognitif atau proses berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru dan berguna atau new ideas and useful (Halpern, 1996). Definisi ini mengandung dua hal yang penting bagi kriteria kreativitas, pertama, suatu gagasan dikatakan kreatif apabila memiliki kriteria baru di dalam beberapa aspeknya. Kriteria baru dapat mencakup dua perspektif: psikologis dan budaya (Anderson, 1980). Menurut perspektif psikologis, suatu gagasan dapat dikatakan baru atau orijinal apabila pemikir sendiri belum pernah menghasilkan gagasan itu, meski ditempat lain mungkin orang lain telah menghasilkan gagasan serupa, namun hal ini terjadi secara kebetulan. Sementara itu, menurut perspektif budaya, sesuatu gagasan dianggap baru atau orijinal, jika gagasan itu belum pernah dijumpai di lingkungan budaya masyarakat. Kriteria baru juga tidak berarti bahwa gagasan itu samasekali belum pernah ada, tetapi boleh jadi merupakan suatu gagasan yang dikembangkan dari hasil memodifikasi atau mengubah gagasan-gagasan yang sudah ada sebelumnya. Oleh sebab itu (1991) Evan berpendapat bahwa kreativitas merupakan kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan konsep-konsep yang sudah ada, selain juga kemampuan menemukan hubungan-hubungan baru dan memandang sesuatu menurut perspektif yang baru.

Kriteria kedua bagi kreativitas adalah kegunaan. Terhadap kriteria kegunaan ini, sebagian ahli berpendapat tidak perlu, yang penting suatu gagasan atau pemikiran memiliki aspek baru. Sebab kegunaan atau aspek praktis dari suatu gagasan seringkali bersifat relatif, tergantung pada suatu budaya, perjalanan waktu, dan tujuan yang diinginkan oleh pemikir sendiri. Sebagian ahli yang lain berpendapat bahwa selain baru, suatu gagasan kreatif harus juga memenuhi kriteria kegunaan bagi pemikir sendiri atau masyarakatnya. Suatu gagasan baru yang dihasilkan harus dapat berguna bagi penyelesaian masalah atau meningkatkan suatu produk misalnya bertambah baik, efektif, mempermudah atau kompetitif. Namun untuk menghasilkan suatu gagasan atau karya yang memenuhi dua kriteria ini sekaligus bukan pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, lebih baik digunakan pendekatan berpikir normal-realistis sehingga orang dapat memilih mana di antara dua kriteria ini yang lebih diutamakan di dalam proses berpikir kreatif. Bagi suatu gagasan yang dihasilkan oleh berpikir kreatif itu sendiri barangkali yang lebih penting adalah adanya unsur-unsur baru kegunaan bagi penyelesaian tugas atau pemecahan suatu masalah. Adapun menurut Munandar (1992) kratif adalah kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan data dan informasi yang ada.

Beberapa istilah kreativitas atau berpikir kreatif yang digunakan oleh para ahli antara lain adalah berpikir divergen sebagai lawan dari berpikir konvergen. Istilah berpikir divergen dan konvergen pertama kali diajukan oleh Guilford (1967). Berpikir konvergen berorientasi pada satu jawaban yang baik atau benar sebagaimana yang dituntut oleh soal-soal ujian umumnya. Sementara itu, berpikir divergen adalah proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atau alternatif yang banyak.

Mengapa berpikir divergen dianggap sangat dekat dengan kreativitas? Untuk menghasilkan gagasan-gagasan kreatif (baru dan berguna) akan melibatkan kelancaran berpikir, keluwesan, originalitas dan elaborasi. Kelancaran adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan yang banyak. Keluwesan berpikir adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang terdiri dari kategori – kategori yang berbeda – beda, atau kemampuan memandang sesuatu (objek, situasi atau masalah) dari berbagai sudut pandang. Originalitas atau sering disebut berpikir tidak lazim adalah bentuk keaslian berpikir mengenai sesuatu yang belum dipikirkan orang lain atau tidak sama dengan pemikiran orang-orang pada umumnya. Elaborasi adalah kemampuan memerinci suatu gagasan pokok ke dalam gagasan–gagasan yang lebih kecil. Perlu diketahui bahwa kebanyakan tes-tes kreativitas disusun berdasarkan teori berpikir divergen ini. Dengan demikian tes-tes kreativitas itu baru mengungkap potensi kreativitas seseorang yang bersumber dari kemampuan berpikir dan masih perlu dilengkapi dengan pengungkapan potensi yang bersumber dari yang lain misalnya saja karakteristik kepribadian. Namun demikian, proses kreativitas setiap orang berbeda satu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi seseorang untuk melakukan kreativitas.

Selain itu, berpikir kreatif adalah sama dengan berpikir lateral. Istilah lateral pertamakali diperkenalkan oleh de Bono tahun 1970. Berpikir lateral adalah berpikir di sekitar masalah atau berpikir dengan bergerak ke samping, bukan bergerak kedepan dan meneruskan apa yang sudah ada. Menurut de Bono ada perbedaan antara berpikir lateral dan vertikal yang diibaratkan di dalam usaha eksplorasi sumber minyak bumi sebagai berikut: Untuk mencari sumber minyak maka seorang pemikir lateral akan menggali lubang di tempat yang lain. Sedangkan pemikir vertikal akan menggali lubang di sumur yang sama atau tempat yang sudah ada sehingga sumur menjadi lebih dalam.

Menurut Decay (1989) ciri orang kreatif adalah memiliki interest, disposisi, manifestasinya terlihat pada rasa ingin tahu yang besar, gemar mengembangkan ide-ide, memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi dan menyukai tantangan. Selain itu, kreatif artinya juga keberanian mengambil resiko dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Oleh karenanya agar seseorang menjadi kreatif perlu pemikiran yang terbuka, bekerjasama dengan orang lain dalam satu tim yang memiliki latar belakang yang berbeda, rajin mempelajari hal-hal baru dengan cara membaca dan berdiskusi. Untuk anak-anak, liburan kreatif dapat meningkatkan kreativitas anak.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan proses kognitif untuk menemukan solusi yang asli dan benar-benar baru. Akan tetapi terkadang berasal dari informasi atau fakta yang sudah ada. Bukan maksudnya meniru. Adapun cara untuk menjadi kreatif adalah berpikir terbuka dan mau mempelajari hal-hal yang baru.

AREA KREATIVITAS

Csikszentmihalyi (1996) dalam bukunya mengatakan bahwa kreativitas adalah sesuatu yang merubah beberapa aspek dari budaya, dan tidak hanya terdapat pada pikiran seorang manusia. Agar dapat memberikan pengaruh, ide haruslah dituliskan dalam istilah-istilah atau ucapan-ucapan yang dapat dimengerti oleh orang lain, ide itu harus dapat diterima oleh para ahli yang ada pada field tersebut, dan pada akhirnya ide tersebut harus termasuk dalam domain budaya dimana ide itu berada.

Kreativitas dapat dilihat dalam hubungan yang ada pada sistem, dimana dalam sistem tersebut terdapat 3 komponen utama, yaitu domain, field, dan person. Penjelasannya sebagai berikut:

Domain

Domain terdiri dari kumpulan simbol-simbol aturan dan prosedur. Domain dapat dikatakan sebagai budaya atau simbol pengetahuan yang diyakini oleh masyrakat.

Field

Field berperan sebagai filter bagi domain, dimana tugasnya untuk memutuskan apakah ide atau produk baru dapat dimasukkan kedalam domain.

Person

Kreativitas terjadi ketika orang menggunakan simbol yang ada pada domain, contohnya musik, teknik, bisnis untuk membuat atau menemukan ide atau pola baru, dan ketika sesuatu yang baru ini oleh para ahli yang ada pada field dimasukkan pada domain yang sesuai. Pada generasi mendatang, sesuatu yang baru ini akan ditemukan sebagai bagian dari domain, dan jika mereka kreatif, mereka akan mengembangkannya lebih jauh.

PROSES KREATIVITAS

Dengan menggunakan proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka segala produk yang dihasilkan dari proses itu dianggap sebagai produk kreatif dan orangnya disebut sebagai orang kreatif. Menurut konsep kreativitas proses kreatif diartikan bersibuk diri secara kreatif yang menunjukan kelancaran, fleksibilitas (keluwesan, orisinalitas dalam berfikir dan berperilaku).

Csikszentmihalyi (1996) dalam bukunya mengemukakan bahwa proses terjadinya kreativitas dilalui dalam lima fase:

1. Preparation atau persiapan. Pada fase ini dilakukan proses pencarian, tertarik dan timbul rasa ingin tahu pada suatu permasalahan.
2. Incubation atau pengeraman. Ketika masalah itu muncul walaupun kita melakukan pekerjaan lain bukan berarti kita melupakan masalah itu tetapi kita erami dulu
3. Insight atau pemahaman. Fase dimana telah terjadi pemahaman akan permasalahan atau masa dimana kita telah menemukan kunci jawaban dari permasalahan.
4. Evaluation atau evaluasi. Mengecek untuk mengetahui apakah pemecahan itu berhasil atau mengalami kendala.
5. Elaboration atau perluasan. Proses elaborasi mencakup bagaimana ide itu dapat dikembangkan, Edison berkata bahwa kreativitas terdiri dari 1% inspirasi dan 99% partisipasi. Jadi apabila hanya ide-ide saja tanpa ada proses untuk mewujudkannya, maka kreativitas tidak akan terjadi.

Sedangkan menurut Halpern (1996), proses kreatif digambarkan sebagai :

1. Sensitivity (kepekaan) : adalah penggunaan alat-alat indera misalnya penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai jendela untuk mengetahui dan menguasai dunia atau lingkungan
2. Synergy (penggabungan) : menggabungkan bersama bagian-bagian yang terpisah ke dalam totalitas fungsi yang berguna. Proses menggabungkan antara dua kawasan, bidang ilmu, atau pendekatan menjadi suatu bentuk yang lain atau baru. Misalnya, pesawat ampibi adalah penggabungan antara konsep pesawat terbang dengan kapal laut.
3. Serendipity (keberuntungan) : adalah suatu penemuan yang terjadi secara kebetulan atau tanpa direncanakan akibat adanya suatu kejadian atau kesempatan. Biografi-biografi para ilmuwan terkenal sering memuat kejadian-kejadian yang bersifat kebetulan atau misterius yang merupakan awal dari sebuah penemuan. Kadang-kadang seseorang dapat menemukan cara yang sebelumnya tidak terpikirkan setelah ia melihat suatu kejadian, atau menghadapi masalah yang harusnya dicari jalan keluarnya.

MEKANISME KREATIVITAS DALAM PROSES KOGNITIF

Beberapa tahun silam, kreativitas dipandang sebagai proses pemikiran bawah sadar (Weisberg, 1986). Ini disebabkan pada saat itu pengaruh teori Freudian sangat besar. Menurutnya, kreativitas berawal dari pikiran bawah sadar (unconscious) yang kemudian akan ditekan menuju pikiran sadar setelah diformulasikan. Namun demikian, selama proses pikiran bawah sadar tidak pernah bisa diketahui, maka proses kreativitas menurut konsep ini pun tidak dapat dipahami.

Sekarang ini, beberapa ahli mulai menjelaskan mekanisme kreativitas secara lebih jelas dan mendalam. Dijelaskan oleh Wallas bahwa kreativitas melibatkan empat tahapan, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi (Bogen & Bogen, 2003). Selama persiapan, informasi diserap. Selama proses inkubasi, informasi selesai diserap. Selama proses iluminasi, penyelesaian masalah akan muncul, dan selama verifikasi, produk akhir diciptakan.

Pendapat lain disampaikan oleh Gabora (2002) yang menegaskan bahwa proses kreatif melibatkan perubahan pemikiran dari berpikir asosiatif menjadi berpikir kausal (sebab-akibat). Dalam pemikiran asosiatif dimungkinkan mencari hubungan satu dengan yang lain, tetapi korelasi tersebut bukanlah solusi dan bisa jadi tidak sesuai jika diterapkan. Proses asosiatif ini menggantikan proses persiapan dan inkubasi dalam mekanisme kreativitas. Kemudian berubah menjadi berpikir kausal (sebab-akibat) termasuk dalam berpikir analitis untuk mencari solusi yang sesuai. Proses ini menggantikan tahapan iluminasi dan verifikasi dalam mekanisme kreativitas.

CIRI & STRATEGI KREATIVITAS

Kreatif merupakan bagian dari proses berpikir dan perilaku manusia. Proses ini cenderung bersifat divergen dan dicirikan sebagai kemampuan untuk menggeneralisasikan beberapa ide menjadi lebih kompleks. Williams (dalam Wilson, 2004) mengemukakan beberapa elemen yang menjadi sifat dari produk maupun proses kreatif:

1. Fluency – Kemampuan untuk menggeneralisasikan sejumlah ide sehingga memungkinkan terciptanya pemecahan masalah yang kreatif.
2. Flexibility – Kemampuan untuk memproduksi persepsi secara berbeda dengan memunculkan beberapa ide untuk memecahkan persoalan yang sama.
3. Elaboration – Kemampuan untuk menambah, mengemas, atau menciptakan suatu ide atau produk kreatif.
4. Originality – Kemampuan untuk menciptakan ide atau produk yang baru, unik, tidak biasa, segar, atau benar-benar berbeda.
5. Complexity – Kemampuan untuk mengkonsep ide atau produk yang sukar maupun rumit.
6. Risk-taking – Keinginan untuk berani mencoba hal-hal baru
7. Imagination – Kemampuan untuk bermimpi, menemukan, melihat, berpikir, serta mengkonsep ide atau produk baru menjadi sebuah bakat.
8. Curiosity – Sifat untuk menunjukkan perilaku keingintahuan, bertanya, mencari, melihat ide-ide lebih mendalam, dan keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai suatu hal.

Kreativitas merupakan bagian dari proses kreatif yang menjadikan seseorang layaknya investor ulung. Hal ini dikemukakan oleh Sternberg dan Lubart (1995) dalam “The Investment Theory” sebagai strategi untuk mencapai kreativitas. Teori ini dianalogikan dengan investor yang ulung dalam bidang keuangan, maka diharapkan orang-orang kreatif ulung dalam dunia ide sehingga mereka cenderung membeli dengan harga rendah dan menjual dengan harga tinggi. Ketika ide-ide kreatif dikemukakan, biasanya secara umum akan dipandang aneh, tidak biasa, bahkan konyol dan cenderung ditolak dengan penuh kecurigaan dan hinaan.

Investor yang kreatif memiliki atribut-atribut penting yang melekat dalam dirinya, meliputi inteligensi, pengetahuan, motivasi, lingkungan yang mendukung, gaya berpikir yang sesuai dan kepribadian (Matlin, 1998). Hal tersebut diperkuat oleh penelitian Andrews (1975) yang menegaskan bahwa seseorang yang memiliki atribut kreatif pun jika tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar maka proses kreatifnya tidak akan berjalan. Namun demikian, kecerdasan sebagai atribut kreativitas pun dapat menjadikan hilangnya proses kreatif seseorang ketika muncul konformitas intelektual yang umumnya terjadi pada orang-orang dewasa (Sternberg & Lubart, 1995).

Sternberg (2001) menjelaskan bahwa inteligensi merupakan dasar bagi munculnya kreativitas. Untuk bisa menghasilkan sesuatu yang kreatif, perlu dilakukan proses berpikir analisis terhadap ide-ide asli dan baru. Dengan demikian, sangat masuk akal jika dikatakan bahwa kreativitas berkaitan erat dengan inteligensi karena ada proses kognitif dalam kreativitas. Dengan inteligensi yang lebih tinggi, maka pengetahuan dapat diperoleh, sehingga pemikiran analitis dapat dilakukan untuk mengkaitkan satu ide dengan ide lain. Atau dengan kata lain kreativitas diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, yang bergantung pada kemampuan menerima informasi (belahan otak kiri), pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang sebelumnya. Sedangkan intelegensi bersumber pada otak kiri berperan memproses daya kreativitas tersebut.

Cara berpikir yang analitik disebut juga dengan algoritmis. Meskipun kreativitas bersifat heuristik, dapat diartikan dengan tidak adanya aturan baku dan disebut dengan pengtahuan empirik. Namun berpikir analitik dapat membantu mendapatkan ide baru (aha – eureka) atau kreativitas itu sendiri.

Selain itu, gaya berpikir yang sesuai dalam proses kreatif menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga kemampuan berpikir berikut:

1. Syntetic – Secara tipikal dikatakan sebagai kreativitas. Sintetis merupakan kemampuan untuk menggeneralisasikan ide yang menarik serta novel (asli & baru). Individu yang kreatif cenderung sebagai pemikir sintetis yang mampu membuat hubungan antara beberapa hal yang oleh orang umum tidak mampu dikenali secara spontan.
2. Analytic – Secara tipikal dikatakan berpikir kritis. Individu dengan kemampuan ini mampu menganalisis dan mengevaluasi ide. Hal ini digunakan untuk menguji dan melihat pengaruh dari ide-ide kreatif.
3. Practical – Kemampuan untuk memahami teori dan ide abstrak ke dalam praktek atau aplikasi. Implikasi dari investment theory adalah ide-ide yang bagus tidak akan ‘terjual’ dengan sendirinya, harus ada ‘pembeli’ yang akan mengambil manfaat atau nilai dari produk kreatif.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi performansi kreatif seseorang, Antara lain:

Inkubasi

Terkadang dalam menghadapi suatu persoalan yang rumit, solusi tidak segera muncul dalam pemikiran. Namun ketika pemikiran disitirahatkan dari persoalan-persoalan tersebut, beberapa waktu kemudian muncullah solusi yang tepat. Ini disebut dengan inkubasi, yaitu suatu situasi ketika solusi permasalahan tidak sukses, kita beristirahat sebentar dari memikirkan permasalahan tersebut, dibandingkan terus menerus memikirkan solusinya tanpa berhenti (Smith, 1995). Beberapa teori mengatakan bahwa selama proses inkubasi terjadi, mekanisme yang bekerja berada dalam pemikiran bawah sadar. Hal ini menunjukkan bahwa solusi yang kreatif akan muncul setelah proses inkubasi terjadi sehingga kreativitas memiliki peran penting bagi pemecahan masalah.

Faktor sosial

Amabile (dalam Matlin, 1998) menunjukkan bahwa kelompok cenderung kurang kreatif apabila mereka mengetahui bahwa kinerja mereka sedang dievaluasi. Selain itu, penelitian lain menyebutkan ketika sejumlah mahasiswa diminta untuk membuat puisi, separuh dari mereka dijelaskan bahwa puisinya akan dinilai dan separuh yang lain dibiarkan saja. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa yang dibiarkan saja tidak diberikan instruksi menghasilkan puisi yang penuh dengan kreativitas dan sebaliknya. Ini menunjukkan bahwa lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap kreativitas seseorang.

Kirim Artikel ini kedalam bentuk PDF Ke Email Saya

1 komentar: